Rabu, 09 Februari 2011

fungsi magis pis bolong

Koleksi Uang Kepeng KUNO

Kekuatan Magis ''Pis Bolong'', Benarkah Ada?

Pis bolong atau uang kepeng pernah menjadi alat transaksi di Bali pada masa lampau. Bentuknya bulat pipih dan pada bagian tengahnya berlobang. Pada kedua permukaannya berisi tulisan huruf Cina. Di Bali, uang kepeng ini masih memiliki fungsi di masyarakat Hindu Bali. Berbagai sarana upacara masih memanfaatkannya, serta dimanfaatkan pula untuk membuat benda-benda cenderamata untuk kepentingan pariwisata.

PENDAPAT
Beberapa para ahli di bidang benda-benda purbakala meyakini bahwa uang kepeng berasal dari negeri Cina. Salah satunya adalah pendapat dari F.A. Liefrinch yang menyebutkan uang kepeng sebagai Chinese coins. Pendapat ini didasari karena pada kedua permukaan uang kepeng tersebut berisi tulisan huruf Cina.

Menurut cerita pada masa lampau, ada seorang musafir dari dari Cina yang bernama Fa Hien pergi berlayar menuju ke tanah Hindu yaitu India dan Srilangka. Setelah beberapa lama berada di sana, ia kemudian kembali ke negeri asalnya sekitar 414 Masehi. Namun di tengah perjalanan, kapal yang ditumpanginya diserang badai dan mengalami kerusakan. Kapal tersebut kemudian terdampar di sebuah pulau yang kemudian dikenal sebagai Ya-wa-di. Konon yang dimaksud dengan Ya-wa-di adalah Jawa Dwipa atau Pulau Jawa. Ada kemungkinan pada masa itu uang kepeng sudah mulai diperkenalkan di sana.

Namun ada para ahli yang berpendapat bahwa uang kepeng dikenal di Indonesia pada masa kerajaan di Nusantara menjalin hubungan dagang dengan negeri Cina. Seperti diketahui bahwa bangsa Cina memang terkenal sebagai bangsa pedagang sejak zaman dulu. Pada masa itu mereka sudah melakukan perdagangan dengan bangsa-bangsa di belahan dunia lain, baik lewat darat maupun lewat lautan. Bukti adanya hubungan dagang antara negeri Cina dengan raja-raja di Pulau Jawa dapat dibuktikan dengan ditemukannya uang kepeng dalam jumlah yang cukup banyak di beberapa kota seperti Pati, Kudus, Batang, Kendal, Cilacap, Temanggung, Purworejo, Blora, yang secara geografis kebanyakan terletak di pesisir pantai. R. Gorris, seorang sejarawan dari Belanda yang lama tinggal di Sanglah, Denpasar, menyatakan bahwa uang kepeng sudah dikenal di Bali sekitar 882 Masehi.

Bagi sebagian masyarakat Hindu Bali, uang kepeng jenis tertentu diyakini memiliki kekuatan gaib atau magis. Menurut Koentjoroningrat, kemampuan manusia untuk menghadapi hidup ini memang dilandasi oleh naluri dan ilmu pengetahuan. Namun terkadang semua itu tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara tuntas dengan cara rasional. Untuk itu mereka kemudian menyiasatinya dengan cara yang irasional yakni dengan ilmu gaib atau magis. Dikatakan juga bahwa ilmu gaib yang dimaksud adalah cara-cara manusia untuk mempengaruhi alam dalam usahanya untuk mencapai tujuan.

Adanya usaha manusia yang sedemikian itu pada akhirnya memunculkan benda-benda yang memiliki kekuatan gaib, salah satunya adalah dalam bentuk uang kepeng. Tentunya uang kepeng jenis ini memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh uang kepeng biasa. Kalau uang kepeng biasa pada umumnya pada dua sisinya berisi tulisan Cina, namun pada uang kepeng gaib pada salah satu sisinya akan berisi rerajahan atau gambar tertentu di antaranya gambar Arjuna, Bima, Kresna, Panca Pandawa, Tualen, Sangut, Hanoman, Kuda, Jaring, sampai Bulan Sabit.

Uang kepeng yang berisi rerajahan itu pada umumnya memiliki kekuatan sesuai dengan gambar yang terdapat pada salah satu sisi dari uang kepeng tersebut. Kekuatan gaibnya akan muncul kalau si pemilik atau pembawa uang kepeng tersebut yakin akan hal itu. Beberapa selentingan memang terdengar santer di masyarakat bahwa kekuatan gaib uang kepeng memang sangat dahsyat. Seseorang yang menjuarai lomba lari jarak jauh digosipkan memiliki uang kepeng bergambar kuda atau lebih dikenal dengan pis jaran. Seorang pemuda yang wajahnya tidak begitu menjanjikan tiba-tiba menikah dengan seorang gadis secantik bidadari, kemudian diisukan punya pis Rejuna.

Fungsi Magis


Uang Kepeng/pis Sangut dan Pis Delem? Ini sangat diminati oleh banyak orang karena memiliki kekuatan magis sama seperti tokoh Sangut dalam cerita pewayangan. Dengan membawa pis Sangut sebagai jimat maka orang akan menjadi sangat lihai dalam berdebat. Demikian pula halnya dengan pis Tualen yang juga diyakini memiliki kekuatan gaib. Dipercaya bahwa dengan membawa pis Tualen ini orang akan merasa tenang saat berhadapan dengan situasi apapun. Ia akan disegani oleh musuh-musuhnya, serta mampu mempengaruhi pikiran dan pendapat orang lain.




Uang Kepeng/Pis Arjune Ketangkil Bidadari.








Lalu, pis Kresna, sesuai dengan peran Kresna dalam dunia pewayangan, maka fungsinya adalah sebagai penuntun ke arah kebajikan dan kebijakan. Dipercaya juga bahwa orang yang menjadikan pis Kresna sebagai jimat akan memiliki sifat-sifat mulia seperti selalu berpihak pada kebenaran, jujur, dan selalu menegakkan keadilan. Oleh karenanya benda ini sangat cocok dimiliki oleh seorang pemimpin negara.








Uang Kepeng/Pis Nawe Sange.
Ini Dibuat hanya 9 biji saja dahulu kalanya, ini saya ketahui dari seorang tetua lingsir, jadi ini termasuk langka. Dimana fungsi Pis Nawe Sange ini digunakan untuk menjaga Diri dan menambah kekuatan spritual.







Uang Kepeng/Pis Panca Pandawa, dinamakan demikian, karena pada permukaan trep terdapat gambar dari kelima ksatria putra Pandu, yaitu: Dharmawangsa, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Pis ini dipercaya memiliki kekuatan gaib seperti kewibawaan, kekuatan, dan juga kebijaksanaan.




Benarkah itu? Bagi sebagian lainnya hal itu dianggap sebagai lelucon murahan. Uang kepeng Arjuna atau pis Rejuna, sesuai dengan sebutannya, maka pada salah satu sisinya terdapat gambar Arjuna. Dalam cerita Mahabharata, Arjuna dikenal sebagai putra ketiga dari Dewi Kunti dan nomor tiga dari Panca Pandawa. Di samping pandai memanah, ia juga dikenal sebagai ksatria yang gagah berani. Wajahnya yang rupawan menyebabkan ia diidolakan oleh banyak wanita. Hal ketampanan itulah yang sebenarnya menjadi penyebab pengapa banyak lelaki kemudian berkeinginan untuk memiliki pis Rejuna tersebut. Di samping itu, sebagian masyarakat ada yang meyakini bahwa dengan menjadikan pis Rejuna sebagai jimat akan menyebabkan banyak wanita tergila-gila pada si pemilik pis tersebut. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa pis Rejuna fungsinya tiada lain untuk melanggengkan hubungan orang bersuami-istri atau hubungan sejoli yang sedang dilanda asmara.



Uang Kepeng/ Pis ini Saya belum tahu pasti apakah Nakula-Sadewa atau Bidadari? , Setelah saya pastikan dengan buku dan tetua lingsir di yakini ini adalah Pis Nakula-Sadewa. Fungsinya digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit termasuk ilmu hitam.








Uang Kepeng/Pis Betara Siwa ini Adalah gambarnya Pewayangan yang lagi menunggang Sapi, Jenis Pis Bolong Betara Siwa ini termasuk sangat langka.






Nah...Kalo ini Saya juga belum pasti...??
Dilihat dari Gambarnya ini adalah Uang Kepeng/pis Dewi Kunti, Jika ada yang Tau silakan email di bedude_punk@yahoo.com.







Ini..uang kepeng/pis apa saya juga belum berani pasti kan?...









Ini adalah Uang Kepeng/Pis Bulan, menurut sumber Pis bulan ini mempunyai kekuatan magis untuk Wanita atau ibu, untuk kecantikan dan menjaga hubungan dengan Suami/ Pacar.





Uang Kepeng/Pis Bima memiliki kekuatan gaib yang pada intinya menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran. Oleh karenanya, pis Bima sangat cocok dimiliki oleh orang yang mengemban tugas sebagai Pecalang. Di samping itu, bagi orang yang menjadikan pis Bima sebagai jimat akan menjadikan dirinya tangkas dan mahir dalam berperang. Begitu pula halnya dengan pis Anoman, keistimewaannya adalah mampu memberikan kekuatan dan tenaga seperti angin kepada orang yang membawanya.

Gambar di atas adalah Uang Kepeng Asli (bukan tiruan) yang didapat dengan Spritual Tinggi. Dan sebenarnya masih ada banyak lagi jenis pis bolong atau uang kepeng rerajahan yang beredar terbatas di masyarakat dengan gambar atau simbol yang berbeda-beda satu dengan lainnya tapi tidak kami masukkan dalam blog ini.

Namun perlu dipahami bahwa pis bolong jenis ini juga ada banyak tiruannya, tentunya yang ini tidak memiliki kekuatan gaib apa-apa dan perannya juga hanya terbatas sebagai benda aksesoris belaka.

Jika ada yang berminat atau sekedar komentar yang merasa tau akan kegunaan akan uang kepeng kuno bergambar ini...silakan berikan komentar anda?

atau ingin membeli barang langka Asli di atas kirim email anda ke bedude_punk@yahoo.co.id untuk mengetahui harganya.
Terima kasih.

jenis-jenis pis bolong

JENIS DAN ARTI UANG KEPENG KUNO

Disini saya akan memberikan penjelasan tentang Historis uang kepeng kuno atau Pis bolong ini yang terdiri dari berbagai jenis, jadi saya tidak mengulas tentang sejarahnya tapi sedikitnya sudah saya jelaskan dalam Kekuatan Magis ''Pis Bolong'', Benarkah Ada?

1. PIS GOBOGAN
Uang Kepeng/Pis Bolong Gobogan Jawa


Uang Kepeng/Pis Bolong Gobogan Arab

Pis gobogan ini di taksir ada pada tahun 1769M - 1860M, uang kepeng atau pis bolong di atas sangat langka, dimana permukaan mempunyai indentitas huruf jawa kuno dan Arab dan permukaan yang sebelahnya ada yang kosong atau ada berisikan huruf, yang di bali disebut Pis Jaring.Uang Kepeng/Pis Gobogan di bawah ini adalah gambar aslinya yang saya dapatkan di Bali daerah desa Tegallinggah-Karangasem dimana proses dalam menemukannya sangatlah rumit yg mungkin tidak bisa saya jelaskan disini, dimana pis gobogan ini merupakan masih peninggalan dari leluhur saya yg sudah tertanam dalam peti sangat lama bersama-sama dengan benda pusaka lainnya yang tidak saya tampilkan disini. Nanti akan saya jelaskan fungsi dsb dalam ulasan yang berikutnya yang masih tahap penulisan.

Uang Kepeng/ Pis Bolong jenis Gobogan ( ASLI )

2. PIS LUMRAH
Kata LUMRAH berasal dari bahasa BAli yang artinya sudah biasa digunakan atau di berlakukan dari masa ke masa. jadi pis ini di beri nama pis biasa atau pis bali, ketika beredar bersama-sama dengan uang logam HIndia Belanda. ciri-cirinya berwarna kehitaman , ada yang kebiruan dan ada pula yang kekuningan.( Gambar tidak ada )

3. PIS KERINYAH
Pis ini di cetak pada satu periode atau dalam masa pemerintahan satu dinasti kaisar cina, nilai satuannya sama dengan pis lumrah yaitu 1 keteng. disebut pis kerenyah karena permukaannya mengkilap dan memancarkan sinar, pada umumnya dalam masyarakat Bali pis kerinyah ini digunakan sebagai alat upakara yg disebut ukur. Ukur berperan sebagai simbol badan atau jasad yang digunakan dalam upacara ngaben(pembakaran mayat).Ma'af sebelumnya Pis ini saya belum bisa saya memberikan gambarnya.

4. PIS KOCI
Kata Kuci atau koci yang dikenal dalam bahasa Bali menurut van der tuuk berasal dari bahasa Cochin China (vietnam), tapi di beberapa daerah di Bali pis koci juga di sebut dengan nama pis Jepun. Ciri-cirinya jenis pis koci tidak terdapat huruf pada permukaan belakangnya tapi kadang-kadang ada hurufnya( dari pengalaman ), agak kecil dari biasanya dan kadang menggunakan pinggiran kadang tidak. Lubang tengahnya berbentuk bujur sangkar. Pis koci ini di produksi pada waktu zaman Majapahit.Pis Koci lebih banyak digunakan untuk sarana upakara , terutama sebagai bahan untuk membuat arca pemujaan yang di sebut RAMBUT SEDANA. Dan di temukan juga jenis pis KOCI yang pada permukaan belakangnya tercetak gambar tokoh-tokoh yang berwatak kebenaran dari tokoh-tokoh dunia pewayangan baik Ramayana, Mahabrata dan Bratayudha. Uang kepeng jenis ini oleh pemiliknya dianggap memiliki kekuatan gaib dan disebut PIS JIMAT.


Uang Kepeng/Pis Bolong Dewi Kunti ini adalah jenis KOCI yg tidak berpinggiran.


Uang Kepeng / Pis Bolong Nakula-Sadewa ini jenis Koci yang berpinggiran dalam lingkaran sebelah pinggir bisa di bandingkan dengan yang di atas.



5. PIS LEMBANG
Kata lumbang dalam bahasa BAli artinya lebar atau luas. Kata Lembang berasal dari kata Lumbang dan digunakan untuk memberi nama kepada jenis uang kepeng/pis bolong yang ukurannya paling besar di antara jenis uang kepeng/pis bolong. MEnurut Arjan van aeslt uang kepeng ini berasal dari dinasti Qing ( 1736M-1795M ), Jepang, Vietnam, dan Palembang.Ciri-cirinya : Agak besar dari ukuran biasa uang kepeng/ pis bolong biasa, warnanya kekuning-kuningan.

Uang Kepeng/Pis Bolong jenis Lembang.

Uang Kepeng / Pis Bolong Nawe Sange ini adalah Jenis LEMBANG.

6. PIS WADHON
Wadhon berarti Perempuan atau wanita, Orang Bali menyebut uang kepeng jenis ini dengan nama pis WADHON SARI atau WADHON SANGKA (WADHON KANGKA), diperkirakan tahun 841M - 846M . Karena jumlah produksi jenis uang kepeng ini sangat sedikit maka termasuk kategori yang sangat langka. Jenis uang kepeng ini jarang sekali di belanjakan sebagai uang kartal, karena lebih di utamakan untuk kepentingan bahan upakara atau bahan untuk membuat sarana hiasan di pura atau pamerajan. Karena ini merupakan jenis uang kepeng /pis bolong tertua terbuat dari bahan tembaga bercampur timah yang warnanya kehitaman. Untuk itu saya sendiri belum mendapatkan jenis uang kepeng ini hingga sekarang dan juga tidak mempunyai gambarnya.

7. PIS RERAJAHAN,PIS PAICA, PIS PRETIMA
Jenis pis ini awalnya tidak di belanjakan sebagai uang kartal, karena di anggap memiliki kekuatan magis religius.

- Pis Rerajahan adalah Uang logam dengan sengaja di rajah( digambar) dengan gambar-gambar tertentu yang dianggap menimbulkan atau memberikan kekuatan magis kepada orang yang memilikinya. Pis rerajahan ini di buat dari bahan perunggu, tembaga atau kuningan ada yang berbentuk lempengan bulat dan bujursangkar . Dari caranya merajah (digambar) yaitu di pahat atau dengan sistem cor setelah itu dilakukan upakara dan di mohonkan untuk memiliki kekuatan supranatural atau taksu ( di Pasopati). Menurut pengalaman saya Pis Rerajahan ini dari kekuatan magisnya tidak bisa bertahan lama dan biasanya memiliki kekuatan sementara saja dimana juga terdapat pantangan-pantangan yg tidak boleh dilanggar yang bisa menyebabkan kepunahan daya magis dari uang kepeng / pis rerajahan tsb dan juga mempunyai efek samping bagi jiwa bathin kita ( bukan Jasmani ).

- Pis Paica adalah jenis uang kepeng yang diperoleh karena melakukan semedi di tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat. Uang kepeng ini /pis bolong jenis ini sangat di kuduskan dan selalu dikaitkan dengan kepercayaan kepada mahluk gaib.Dalam pengalaman saya pis paica banyak berbentuk uang kepeng/ pis bolong yang memiliki gambar berbagai tokoh-tokoh, Ramayana, Mahabrata,dan Bratayudha dsbnya.

- Pis Pretima adalah jenis uang kepeng yang yang dikuduskan sebagai simbol untuk memuja Tuhan dalam bentuk menifestasinya. Jenis pis Pretima ini biasanya banyak kita jumpai di BALI pada Pura-pura Suci yang biasanya sangat di sakralkan.
ma'af Disini saya tidak bisa memberikan Gambarnya, terimakasih.

Itulah jenis- jenis Uang Kepeng Kuno/Pis Bolong yang bisa saya paparkan berdasarkan buku dan pengalaman saya pribadi. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Nama-nama yang di berikan terhadap Jenis-jenis uang kepeng diatas sepenuhnya berdasarkan atas nama yang telah mentradisi dalam masyarakat BALI, Jika pun ada informasi jenis uang kepeng yang laen silakan Email saya. Dan masih banyak lagi yang saya akan ulas dalam blog saya ini dimana saya akan memaparkan Fungsinya, Ulasan dan Perawatan dari berbagai uang kepeng kuno /pis bolong yang tidak terdapat dalam Koleksi Uang Kepeng Kuno saya, terimaklasih.

macam - macam pis bolong

suai dengan Macam dan Fungsi Magis dari uang kepeng kuno /pis bolong ini pernah saya bahas Sedikit dalam KOLEKSI UANG KEPENG KUNO
Untuk itu saya berusaha untuk melengkapinya dan mengambil dari buku yang membahas tentang fungsi magis dari pis bolong atau uang kepeng kuno. Dari sekian pengalaman saya dalam melakukan petualangan dalam menemukan dan mencari uang kepeng kuno ini ada beberapa yang belum saya temukan dan ada beberapa uang kepeng/ pis bolong yg tidak bisa saya tampilkan ( Gambar ), karena ada sesuatu kekuatan magis yang membuat uang kepeng kuno/pis bolong tersebut tidak bisa digambarkan/foto atau scanner, itulah yang menyebabkan saya dalam ulasan kali ini ada beberapa uang kepeng / pis bolong tidak ada gambarnya, jadi saya mohon ma'af sebelumnya.
Mari kita mulai untuk membahasnya.....


1. UANG KEPENG /PIS JOGOR MANIK

Ma'af sebelumnya saya tidak bisa menampilkan gambarnya, tapi saya hanya memberikan ulasan saja. Pada permukaan uang kepeng/ pis bolong ini terdapat sepasang gambar dalam bentuk relief timbul, yang menggambarkan tokoh dewa bernama SANG JOGOR MANIK dan SANG SURATME.
Menurut kepercayaan orang Bali ( HINDU )sesuai dengan ajaran ATMA PRASANGSA dalam cerita Bima Suarga, peranan Jogor Manik dan Sang Suratme adalah sebagai dua orang dewa yang bertugas menerima kedatangan arwah manusia baik yang sudah maupun belum di takdirkan wafat. Kedua dewa tersebut dipercaya sebagai penjaga pintu gerbang sorga dan neraka serta mempunyai kekuasaan penuh untuk mengadili dan memutuskan arwah masuk surga atau neraka. Kedua dewa ini juga berhak menolak arwah manusia yang belum saatnya mati dan mengembalikan hidup kembali ke dunia.
Fungsi Magis dari uang kepeng/pis JOGOR MANIK ini dapat membantu mencegah bahaya yang sedang mengancam pemiliknya atau orang lain yang membawanya. Jika anda memiliki pis Jogor Manik ini sebaiknya di bawa terus selama berpergian jauh dimana di perkirakan akan mudah terjadi ancaman bahaya yang dapat membawa kematian dengan begitu dapat mencegah ancaman kematian yang memang belum di takdirkan.

2. UANG KEPENG/PIS ANOMAN


Ini juga tidak bisa saya tampilkan gambar aslinya, jadi saya ambil dari buku. uang kepeng/ pis Anoman ini merupakan tokoh raja kera putih dalam kekawin Ramayana yang berhadapan dengan sebatang pohon sebagai senjatanya. Anoman diriwayatkan sebagai putra Betara Bayu ( menifestasi Tuhan sebagai kekuatan angin dan energi ), serta sebagai simbol kejujuran dalam perbuatan dan setia dalam pengabdian. Siapa saja yang memiliki pis Anoman ini dipercaya memberikan kekuatan dan tenaga (supernatural) seperti angin selama diabdikan untuk kejujuran dan kesetian. Sehingga keistimewaan pis Anoman adalah cocok dan tepat untuk di bawa atau di milki oleh seorang prajurit. Dari Pengalaman teman saya dalam petualangan Uang kepeng/ Pis Anoman ini ditemukan dalam ban truk yang ketika itu sedang mengganti bannya yang kempes dalam perjalanan, hingga kini Pis Anoman tersebut di bawanya..., secara pengetahuan saya Pis Anoman ini memiliki 2 jenis gambar yang berbeda gambarnya Salah satunya sperti gambar di atas dan satunya manunggal hanya gambar Anoman saja tapi dalam kemampuan magisnya sama saja.


3. UANG KEPENG / PIS KRESNA

Uang Kepeng Kresna ini yang saya ketahui mempunyai 2 macam jenis gambar yaitu Sri Kresna Bersama Tualen (Merdah) dan Kresna dengan Senjata Cakranya tapi mempunyai kekuatan magis yang sama.



Sri Kresna adalah seorang tokoh utama dalam cerita pewayangan Mahabrata atau Bratayudha dimana Sri Kresna berperan sebagai duta dan menjadi sais kereta yang di kendarai Arjuna dalam pertempuran di medan perang di tengah Kurusetra.
Merdah adalah Salah satu tokoh punakawan yang berada di pihak Pandawa dalam cerita pewayangan Mahabrata atau Bratayudha.
Kedua tokoh tersebut dipercaya sebagai tokoh jujur pembela kebenaran, keadilan, kebijakn, dan kemulian.
Siapa saja yang sedang membawa atau memliki pis bolong ini , sangat di percaya kekuatan magisnya akan dapat menuntun ke arah kebijakan, selelu membela kebenaran, mempertahankan kejujuran dan menegakan keadilan. Uang kepeng / pis Kresna ini sangat tepat kalau di miliki oleh pemimpin negara atau angkatan perang.

4. UANG KEPENG / PIS DEDARI

Pis Dedari ini di buat dari jenis pis KOCI yang pada permukaan belakangnya terdapat gambar seorang perempuan yang bersimpuh. ( ma'af belum ada gambarnya jadi ulasan saja)
Dalam cerita pewayangan dan kepercayaan terhadap manifestasinya Tuhan dalam wujud dewa-dewi, maka bidadari merupakan simbol perempuan cantik, anggun, menarik, sensual, ramah, mulia dan bijaksana. Prempuan dengan bobot seorang bidadri akan selalu menjadi dambaan seorang laki-laki untuk disunting menjadi seorang istri.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat BALI, Uamg kepeng/ Pis Dedari ini dimiliki oleh perempuan baik yang masih gadis atau maupun yang sudah menjadi isteri. Pis Dedari ini juga memiliki kekuatan magis yang disebut pengasren ( kekuatan daya tarik ) agar yang bersangkutan selalu tampak cantik dan menarik sehingga laki-laki menjadi takluk, tergila-gila atau penuh kasih sayang terhadap gadis yang membawanya atau para suami akan menjadi semakin sayang kepada isterinya yang memiliki Pis bolong jenis ini.

5. UANG KEPENG/PIS RAMA

Dilihat pada gambar di samping permukaan Uang kepeng / pis bolong Rama terdapat gambar wayang yang diindentifikasi sebagai gambar Sang Rama dengan sikap sedang merentangkan busur dalam posisi berdiri tegak. Gambar Sang Rama berhadapan dengan gambar seekor kijang yang badannya telah tertusuk anak panah dengan posisi mati terjengkang dan pada bawahnya terdapat lukisan pohon tanpa daun.
jenis Pis Rama ini jelas adalah Pis RERAJAHAN ( Bukan ASLI ) karena bahannya tidak terbuat dari bahan uang kepeng yang sudah ada, melainkan di buat dengan logam tersendiri dengan bentuk dan luas lebih besar dari uang kepeng yang terbesar.
Fungsi Magis dari Pis Rama adalah memberikan simbol kekuatan kesetiaan, ketepatan memanah, dan keiklasan tanpa memperhitungkan adanya ancaman bahaya bagi diri sendiri. Uang kepeng / pis ini cocok di bawa atau di miliki oleh seorang prajurit untuk menambah keberanian dalam peperangan melawan musuh dan kebatilan, iklas berkorban untuk membela negara sebagai tanda kesetiaan kepada bangsa dan negara.
Dari Pengalaman saya pribadi PIS RAMA ini sebenarnya ada dalam artian Uang kepeng /Pis Rama ( ASLI ) tapi ma'af saya tidak bisa menampilkan Gambarnya karena kekuatan magisnya sangat kuat hingga tidak bisa saya ambil gambarnya dengan apapun setelah sekian kali saya lakukan tetap hasilnya tidak nampak jadi ma'af. Dalam pis ASLinya terdapat gambar Sang Rama bersama Dewi Shinta, dimana fungsinya sudah saya paparkan diatas selain itu pis ini bisa membawa kerukunan dan kesetiaan.

6. UANG KEPENG / PIS JARAN.

Uang Kepeng ini sangatlah langka dimana orang-orang banyak mencarinya termasuk saya tapi hingga saat ini saya hanya bisa memilikinya 1 saja dengan pasangan Pis Padang ( rumput ) itu pun dengan susah payah saya mendapatkannya dan juga herannya saya tidak bisa menampilkannya ( gambar ) karena sesuatu hal yg tidak bisa saya mengerti. Jadi saya ambilkan dalam buku saja yang gambarnya sama persis.
Dari Pengalaman saya dan tutur penua lingsir ( orang yang dituakan ). Pis Jaran harusnya berada dalam satu ikatan dengan Pis PADANG yang merupakan makanan dari kuda tersebut, dengan demikian uang kepeng Jaran ini akan hidup sepanjang zaman karena dengan di temani uang kepeng/ Pis Padang maka setiap saat akan dapat memakan rumput dan rumputpun tidak akan pernah abis sehingga dengan cara itu kekuatan magisnya tidak akan pernah luntur sepanjang masa. Dan jika Pis Jaran ini tidak dipasangkan dengan Pis Padang menurut pinutur orang tua dulu dapat menyebabkan yang memilki ataupun membawa pis jaran ini akan mengalami kebotakan pada kepalanya ( lengar).
Jadi bagi yang memliki Pis Jaran yang tidak jadi satu gambarnya dengan Pis padang di harapkan memiliki keduanya dan di ikat menjadi satu dengan benang tri datu ( 3 warna : hitam, putih, merah).
Dari Gambar di atas, Gambar kuda pada pis bolong tersebut hampir memenuhi permukaan uang kepeng sehingga lubang di tengah yang berbentuk bujursangkar itu menembus bagian perut dari gambar kuda tersebut. Dan pada pelana kuda terdapat gambar ujung senjata trisula yang merupakan simbol sistem kosmologi Hindu menunjuk arah kaja kangin ( mata angin timur laut ). Jenis pis Jaran ini adalah jenis Pis KOCI. Dalam kepercayaan masyarakat Bali , Pis Jaran ini biasanya di gunakan sebagai jimat oleh para pengalu ( pedagang atau saudagar tradisonal bali yang mengantarkan atau menjajakan barang dagangannya jauh ke luar wilayahnya dengan menggunakan kuda beban atau kuda pikulan), sehingga dalam perjalanan jauh apapun tidak akan merasa lelah. Dan ada yang meyakini Pis Jaran ini memiliki kekuatan magis dalam peperangan dalam bertempur akan memilki semangat bertempur seperti kuda...

Senin, 07 Februari 2011

sejarah bali menurut international

Gua Gajah (sekitar abad XI), salah satu peninggalan masa awal periode Hindu di Bali.

Masa Prasejarah

Zaman prasejarah Bali merupakan awal dari sejarah masyarakat Bali, yang ditandai oleh kehidupan masyarakat pada masa itu yang belum mengenal tulisan. Walaupun pada zaman prasejarah ini belum dikenal tulisan untuk menuliskan riwayat kehidupannya, tetapi berbagai bukti tentang kehidupan pada masyarakat pada masa itu dapat pula menuturkan kembali keadaanya Zaman prasejarah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang, maka bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang sudah tentu tidak dapat memenuhi segala harapan kita.
Berkat penelitian yang tekun dan terampil dari para ahli asing khususnya bangsa Belanda dan putra-putra Indonesia maka perkembangan masa prasejarah di Bali semakin terang. Perhatian terhadap kekunaan di Bali pertama-tama diberikan oleh seorang naturalis bernama Georg Eberhard Rumpf, pada tahun 1705 yang dimuat dalam bukunya Amboinsche Reteitkamer. Sebagai pionir dalam penelitian kepurbakalaan di Bali adalah W.O.J. Nieuwenkamp yang mengunjungi Bali pada tahun 1906 sebagai seorang pelukis. Dia mengadakan perjalanan menjelajahi Bali. Dan memberikan beberapa catatan antara lain tentang nekara Pejeng, desa Trunyan, Pura Bukit Penulisan. Perhatian terhadap nekara Pejeng ini dilanjutkan oleh K.C Crucq tahun 1932 yang berhasil menemukan tiga bagian cetakan nekara Pejeng di Pura Desa Manuaba desa Tegallalang.
Penelitian prasejarah di Bali dilanjutkan oleh Dr. H.A.R. van Heekeren dengan hasil tulisan yang berjudul Sarcopagus on Bali tahun 1954. Pada tahun 1963 ahli prasejarah putra Indonesia Drs. R.P. Soejono melakukan penggalian ini dilaksanakan secara berkelanjutan yaitu tahun 1973, 1974, 1984, 1985. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap benda-benda temuan yang berasal dari tepi pantai Teluk Gilimanuk diduga bahwa lokasi Situs Gilimanuk merupakan sebuah perkampungan nelayan dari zaman perundagian di Bali. Di tempat ini sekarang berdiri sebuah museum.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang di Bali, kehidupan masyarakat ataupun penduduk Bali pada zaman prasejarah Bali dapat dibagi menjadi :
  1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
  2. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
  3. Masa bercocok tanam
  4. Masa perundagian

Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

Sisa-sisa dari kebudayaan paling awal diketahui dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sejak tahun 1960 dengan ditemukan di desa Sambiran (Buleleng Timur), dan ditepi timur dan tenggara Danau Batur (Kintamani) alat-alat batu yang digolongkan kapak genggam, kapak berimbas, serut dan sebagainya. Alat-alat batu yang dijumpai di kedua daerah tersebut kini disimpan di museum Gedung Arca di Bedahulu Gianyar.
Kehidupan penduduk pada masa ini adalah sederhana sekali, sepenuhnya tergantung pada alam lingkungannya. Mereka hidup mengembara dari satu tempat ketempat lainnya (nomaden). Daerah-daerah yang dipilihnya ialah daerah yang mengandung persediaan makanan dan air yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Hidup berburu dilakukan oleh kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama. Tugas berburu dilakukan oleh kaum laki-laki, karena pekerjaan ini memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menghadapi segala bahaya yang mungkin terjadi. Perempuan hanya bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan makanan dari alam sekitarnya. Hingga saat ini belum ditemukan bukti-bukti apakah manusia pada masa itu telah mengenal bahasa sebagai alat bertutur satu sama lainnya.
Walaupun bukti-bukti yang terdapat di Bali kurang lengkap, tetapi bukti-bukti yang ditemukan di daerah Pacitan dapatlah kiranya dijadikan pedoman. Para ahli memperkirakan bahwa alat-alat batu dari Pacitan yang sezaman dan mempunyai banyak persamaan dengan alat-alat batu dari Sembiran, dihasilkan oleh jenis manusia. Pithecanthropus erectus atau keturunannya. Kalau demikian mungkin juga alat-alat baru dari Sambiran dihasilkan oleh manusia jenis Pithecanthropus atau keturunannya.

[sunting] Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

Pada masa ini corak hidup yang berasal dari masa sebelumnya masih berpengaruh. Hidup berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat dialam sekitar dilanjutkan terbukti dari bentuk alatnya yang dibuat dari batu, tulang dan kulit kerang. Bukti-bukti mengenai kehidupan manusia pada masa mesolithik berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu (Badung). Goa ini terletak di Pegunungan gamping di semenanjung Benoa. Di daerah ini terdapat goa yang lebih besar ialah goa Karang Boma, tetapi goa ini tidak memberikan suatu bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung disana.Dalam penggalian goa Selonding ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan sejumlah alat-alat dari tulang. Diantara alat-alat tulang terdapat beberapa lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya diruncingkan.
Alat-alat semacam ini ditemukan pula di goa-goa Sulawesi Selatan pada tingkat perkembangan kebudayaan Toala dan terkenal pula di Australia Timur. Di luar Bali ditemukan lukisan dinding-dinding goa , yang menggambarkan kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan masyarakat pada waktu itu. Lukisan-lukisan di dinding goa atau di dinding-dinding karang itu antara lain yang berupa cap-cap tangan, babi rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari, lukisan mata dan sebagainya. Beberapa lukisan lainnya ternyata lebih berkembang pada tradisi yang lebih kemudian dan artinya menjadi lebih terang juga diantaranya adalah lukisan kadal seperti yang terdapat di pulau Seram dan Irian Jaya, mungkin mengandung arti kekuatan magis yang dianggap sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku.

[sunting] Masa bercocok tanam

Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tak mungkin dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik amat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan (food producing). Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan kebudayaan.
Sisa-sisa kehidupan dari masa bercocok tanam di Bali antara lain berupa kapak batu persegi dalam berbagai ukuran, belincung dan panarah batang pohon. Dari teori Kern dan teori Von Heine Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M. Perpindahan bangsa Austronesia ke Asia Tenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini. Pada masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang (barter) yang diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya bahasa. Para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu Polinesia atau dikenal dengan sebagai bahasa Austronesia.

[sunting] Masa Perundagian

Gong, yang ditemukan pula di berbagai tempat di Nusantara, merupakan alat musik yang diperkirakan berakar dari masa perundagian.
Dalam masa neolithik manusia bertempat tinggal tetap dalam kelompok-kelompok serta mengatur kehidupannya menurut kebutuhan yang dipusatkan kepada menghasilkan bahan makanan sendiri (pertanian dan peternakan). Dalam masa bertempat tinggal tetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil yang sebesar-besarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada zaman ini jenis manusia yang mendiami Indonesia dapat diketahui dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, yang terpenting diantaranya adalah temuan-temuan dari Anyer Lor (Jawa Barat), Puger (Jawa Timur), Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumbawa). Dari temuan kerangka yang banyak jumlahnya menunjukkan ciri-ciri manusia. Sedangkan penemuan di Gilimanuk dengan jumlah kerangka yang ditemukan 100 buah menunjukkan ciri Mongolaid yang kuat seperti terlihat pada gigi dan muka. Pada rangka manusia Gilimanuk terlihat penyakit gigi dan encok yang banyak menyerang manusia ketika itu.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan dapat diketahui bahwa dalam masyarakat Bali pada masa perundagian telah berkembang tradisi penguburan dengan cara-cara tertentu. Adapun cara penguburan yang pertama ialah dengan mempergunakan peti mayat atau sarkofagus yang dibuat dari batu padas yang lunak atau yang keras.Cara penguburannya ialah dengan mempergunakan tempayan yang dibuat dari tanah liat seperti ditemukan di tepi pantai Gilimanuk (Jembrana). Benda-benda temuan ditempat ini ternyata cukup menarik perhatian diantaranya terdapat hampir 100 buah kerangka manusia dewasa dan anak-anak, dalam keadaan lengkap dan tidak lengkap. Tradisi penguburan dengan tempayan ditemukan juga di Anyer Jawa Barat, Sabang (Sulawesi Selatan), Selayar, Roti dan Melolo (Sumba). Di luar Indonesia tradisi ini berkembang di Filipina, Thailand, Jepang dan Korea.
Kebudayaan megalithik ialah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar. Batu-batu ini mempunyai biasanya tidak dikerjakan secara halus, hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan. di daerah Bali tradisi megalithik masih tampak hidup dan berfungsi di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Adapun temuan yang penting ialah berupa batu berdiri (menhir) yang terdapat di Pura Ratu Gede Pancering Jagat di desa Trunyan. Di Pura in terdapat sebuah arca yang disebut arca Da Tonta yang memiliki ciri-ciri yang berasal dari masa tradisi megalithik. Arca ini tingginya hampir 4 meter. Temuan lainnya ialah di desa Sembiran (Buleleng), yang terkenal sebagai desa Bali kuna, disamping desa-desa Trunyan dan Tenganan. Tradisi megalithik di desa Sembiran dapat dilihat pada pura-pura yang dipuja penduduk setempat hingga dewasa ini. dari 20 buah pura ternyata 17 buah pura menunjukkan bentuk-bentuk megalithik dan pada umumnya dibuat sederhana sekali. Diantaranya ada berbentuk teras berundak, batu berdiri dalam palinggih dan ada pula yang hanya merupakan susunan batu kali.
Temuan lainnya yang penting juga ialah berupa bangunan-bangunan megalithik yang terdapat di desa Gelgel (Klungkung).Temuan yang penting di desa Gelgel ialah sebuah arca menhir yaitu terdapat di Pura Panataran Jro Agung. Arca menhir ini dibuat dari batu dengan penonjolan kelamin wanita yang mengandung nilai-nilai keagamaan yang penting yaitu sebagai lambang kesuburan yang dapat memberi kehidupan kepada masyarakat.

[sunting] Masuknya Agama Hindu

Gua Gajah (sekitar abad XI), salah satu peninggalan masa awal periode Hindu di Bali.
Berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia ditandai dengan datangnya bangsa dan pengaruh Hindu. Pada abad-abad pertama Masehi sampai dengan lebih kurang tahun 1500, yakni dengan lenyapnya kerajaan Majapahit merupakan masa-masa pengaruh Hindu. Dengan adanya pengaruh-pengaruh dari India itu berakhirlah zaman prasejarah Indonesia karena didapatkannya keterangan tertulis yang memasukkan bangsa Indonesia ke dalam zaman sejarah. Berdasarkan keterangan-keterangan yang ditemukan pada prasasti abad ke-8 Masehi dapatlah dikatakan bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi kurun waktu antara abad ke-8 Masehi sampai dengan abad ke-14 Masehi dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit yang dapat mengalahkan Bali. Nama Balidwipa tidaklah merupakan nama baru, namun telah ada sejak zaman dahulu. Hal ini dapat diketahui dari beberapa prasasti, di antaranya dari prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 913 Masehi yang menyebutkan kata "Walidwipa". Demikian pula dari prasasti-prasasti Raja Jayapangus, seperti prasasti Buwahan D dan prasasti Cempaga A yang berangka tahun 1181 Masehi.
Di antara raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan tertulis yang juga menyinggung gambaran tentang susunan pemerintahan pada masa itu adalah Udayana, Jayapangus , Jayasakti, dan Anak Wungsu. Dalam mengendalikan pemerintahan, raja dibantu oleh suatu Badan Penasihat Pusat. Dalam prasasti tertua 882 Masehi–-914 Masehi badan ini disebut dengan istilah "panglapuan". Sejak zaman Udayana, Badan Penasihat Pusat disebut dengan istilah "pakiran-kiran i jro makabaihan". Badan ini beranggotakan beberapa orang senapati dan pendeta Siwa dan Budha.
Di dalam prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu disebut-sebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Akan tetapi, baru pada zaman Raja Anak Wungsu, kita dapat membedakan jenis seni menjadi dua kelompok yang besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat. Tentu saja istilah seni keraton ini tidak berarti bahwa seni itu tertutup sama sekali bagi rakyat. Kadang-kadang seni ini dipertunjukkan kepada masyarakat di desa-desa atau dengan kata lain seni keraton ini bukanlah monopoli raja-raja.
Dalam bidang agama, pengaruh zaman prasejarah, terutama dari zaman megalitikum masih terasa kuat. Kepercayaan pada zaman itu dititikberatkan kepada pemujaan roh nenek moyang yang disimboliskan dalam wujud bangunan pemujaan yang disebut teras piramid atau bangunan berundak-undak. Kadang-kadang di atas bangunan ditempatkan menhir, yaitu tiang batu monolit sebagai simbol roh nenek moyang mereka. Pada zaman Hindu hal ini terlihat pada bangunan pura yang mirip dengan pundan berundak-undak. Kepercayaan pada dewa-dewa gunung, laut, dan lainnya yang berasal dari zaman sebelum masuknya Hindu tetap tercermin dalam kehidupan masyarakat pada zaman setelah masuknya agama Hindu. Pada masa permulaan hingga masa pemerintahan Raja Sri Wijaya Mahadewi tidak diketahui dengan pasti agama yang dianut pada masa itu. Hanya dapat diketahui dari nama-nama biksu yang memakai unsur nama Siwa, sebagai contoh biksu Piwakangsita Siwa, biksu Siwanirmala, dan biksu Siwaprajna. Berdasarkan hal ini, kemungkinan agama yang berkembang pada saat itu adalah agama Siwa. Baru pada masa pemerintahan Raja Udayana dan permaisurinya, ada dua aliran agama besar yang dipeluk oleh penduduk, yaitu agama Siwa dan agama Budha. Keterangan ini diperoleh dari prasasti-prasastinya yang menyebutkan adanya mpungku Sewasogata (Siwa-Buddha) sebagai pembantu raja.

[sunting] Masa 1343-1846

Masa ini dimulai dengan kedatangan ekspedisi Gajah Mada pada tahun 1343.

[sunting] Kedatangan Ekspedisi Gajah Mada

Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah oleh Kerajaan Bedahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo Iwa. Dengan terlebih dahulu membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar dengan dibantu oleh beberapa orang arya. Penyerangan ini mengakibatkan terjadinya pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan Kerajaan Bedahulu. Pertempuran ini mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat. Setelah Pasung Grigis menyerah, terjadi kekosongan pemerintahan di Bali. Untuk itu, Majapahit menunjuk Sri Kresna Kepakisan untuk memimpin pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Sri Kresna Kepakisan memiliki hubungan darah dengan penduduk Bali Aga. Dari sinilah berawal wangsa Kepakisan.

[sunting] Periode Gelgel

Karena ketidakcakapan Raden Agra Samprangan menjadi raja, Raden Samprangan digantikan oleh Dalem Ketut Ngulesir. Oleh Dalem Ketut Ngulesir, pusat pemerintahan dipindahkan ke Gelgel (dibaca /gɛl'gɛl/). Pada saat inilah dimulai Periode Gelgel dan Raja Dalem Ketut Ngulesir merupakan raja pertama. Raja yang kedua adalah Dalem Watu Renggong (1460—1550). Dalem Watu Renggong menaiki singgasana dengan warisan kerajaan yang stabil sehingga ia dapat mengembangkan kecakapan dan kewibawaannya untuk memakmurkan Kerajaan Gelgel. Di bawah pemerintahan Watu Renggong, Bali (Gelgel) mencapai puncak kejayaannya. Setelah Dalem Watu Renggong wafat ia digantikan oleh Dalem Bekung (1550—1580), sedangkan raja terakhir dari zaman Gelgel adalah Dalem Di Made (1605—1686).

[sunting] Zaman Kerajaan Klungkung

Kerajaan Klungkung sebenarnya merupakan kelanjutan dari Dinasti Gelgel. Pemberontakan I Gusti Agung Maruti ternyata telah mengakhiri Periode Gelgel. Hal itu terjadi karena setelah putra Dalem Di Made dewasa dan dapat mengalahkan I Gusti Agung Maruti, istana Gelgel tidak dipulihkan kembali. Gusti Agung Jambe sebagai putra yang berhak atas takhta kerajaan, ternyata tidak mau bertakhta di Gelgel, tetapi memilih tempat baru sebagai pusat pemerintahan, yaitu bekas tempat persembunyiannya di Semarapura.
Dengan demikian, Dewa Agung Jambe (1710-1775) merupakan raja pertama zaman Klungkung. Raja kedua adalah Dewa Agung Di Made I, sedangkan raja Klungkung yang terakhir adalah Dewa Agung Di Made II. Pada zaman Klungkung ini wilayah kerajaan terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil ini selanjutnya menjadi swapraja (berjumlah delapan buah) yang pada zaman kemerdekaan dikenal sebagai kabupaten.

[sunting] Kerajaan-kerajaan pecahan Klungkung

  1. Kerajaan Badung, yang kemudian menjadi Kabupaten Badung.
  2. Kerajaan Bangli, yang kemudian menjadi Kabupaten Bangli.
  3. Kerajaan Buleleng, yang kemudian menjadi Kabupaten Buleleng.
  4. Kerajaan Gianyar, yang kemudian menjadi Kabupaten Gianyar.
  5. Kerajaan Karangasem, yang kemudian menjadi Kabupaten Karangasem.
  6. Kerajaan Klungkung, yang kemudian menjadi Kabupaten Klungkung.
  7. Kerajaan Tabanan, yang kemudian menjadi Kabupaten Tabanan.

[sunting] Masa 1846-1949

Pada periode ini mulai masuk intervensi Belanda ke Bali dalam rangka "pasifikasi" terhadap seluruh wilayah Kepulauan Nusantara. Dalam proses yang secara tidak disengaja membangkitkan sentimen nasionalisme Indonesia ini, wilayah-wilayah yang belum ditangani oleh administrasi Batavia dicoba untuk dikuasai dan disatukan di bawah administrasi. Belanda masuk ke Bali disebabkan beberapa hal: beberapa aturan kerajaan di Bali yang dianggap mengganggu kepentingan dagang Belanda, penolakan Bali untuk menerima monopoli yang ditawarkan Batavia, dan permintaan bantuan dari warga Pulau Lombok yang merasa diperlakukan tidak adil oleh penguasanya (dari Bali).

[sunting] Perlawanan Terhadap Orang-Orang Belanda

Masa ini merupakan masa perlawanan terhadap kedatangan bangsa Belanda di Bali. Perlawanan-perlawanan ini ditandai dengan meletusnya berbagai perang di wilayah Bali. Perlawanan-perlawanan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perang Buleleng (1846) 2. Perang Jagaraga (1848--1849) 3. Perang Kusamba (1849) 4. Perang Banjar (1868) 5. Puputan Badung (1906) 6. Puputan Klungkung (1908) Dengan kemenangan Belanda dalam seluruh perang dan jatuhnya kerajaan Klungkung ke tangan Belanda, berarti secara keseluruhan Bali telah jatuh ke tangan Belanda.

[sunting] Zaman Penjajahan Belanda

Sejak kerajaan Buleleng jatuh ke tangan Belanda mulailah pemerintah Belanda ikut campur mengurus soal pemerintahan di Bali. Hal ini dilaksanakan dengan mengubah nama raja sebagai penguasa daerah dengan nama regent untuk daerah Buleleng dan Jembrana serta menempatkan P.L. Van Bloemen Waanders sebagai controleur yang pertama di Bali.
Struktur pemerintahan di Bali masih berakar pada struktur pemerintahan tradisional, yaitu tetap mengaktifkan kepemimpinan tradisional dalam melaksanakan pemerintahan di daerah-daerah. Untuk di daerah Bali, kedudukan raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, yang pada waktu pemerintahan kolonial didampingi oleh seorang controleur. Di dalam bidang pertanggungjawaban, raja langsung bertanggung jawab kepada Residen Bali dan Lombok yang berkedudukan di Singaraja, sedangkan untuk Bali Selatan, raja-rajanya betanggung jawab kepada Asisten Residen yang berkedudukan di Denpasar. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga administrasi, pemerintah Belanda telah membuka sebuah sekolah rendah yang pertama di Bali, yakni di Singaraja (1875) yang dikenal dengan nama Tweede Klasse School. Pada tahun 1913 dibuka sebuah sekolah dengan nama Erste Inlandsche School dan kemudian disusul dengan sebuah sekolah Belanda dengan nama Hollands Inlandshe School (HIS) yang muridnya kebanyakan berasal dari anak-anak bangsawan dan golongan kaya.

[sunting] Lahirnya Organisasi Pergerakan

Akibat pengaruh pendidikan yang didapat, para pemuda pelajar dan beberapa orang yang telah mendapatkan pekerjaan di kota Singaraja berinisiatif untuk mendirikan sebuah perkumpulan dengan nama "Suita Gama Tirta" yang bertujuan untuk memajukan masyarakat Bali dalam dunia ilmu pengetahuan melalui ajaran agama. Sayang perkumpulan ini tidak burumur panjang. Kemudian beberapa guru yang masih haus dengan pendidikan agama mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Shanti" pada tahun 1923. Perkumpulan ini memiliki sebuah majalah yang bernama "Shanti Adnyana" yang kemudian berubah menjadi "Bali Adnyana".
Pada tahun 1925 di Singaraja juga didirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Suryakanta" dan memiliki sebuah majalah yang diberi nama "Suryakanta". Seperti perkumpulan Shanti, Suryakanta menginginkan agar masyarakat Bali mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan menghapuskan adat istiadat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu, di Karangasem lahir suatu perhimpunan yang bernama "Satya Samudaya Baudanda Bali Lombok" yang anggotanya terdiri atas pegawai negeri dan masyarakat umum dengan tujuan menyimpan dan mengumpulkan uang untuk kepentingan studie fons.

[sunting] Zaman Pendudukan Jepang

Setelah melalui beberapa pertempuran, tentara Jepang mendarat di Pantai Sanur pada tanggal 18 dan 19 Februari 1942. Dari arah Sanur ini tentara Jepang memasuki kota Denpasar dengan tidak mengalami perlawanan apa-apa. Kemudian, dari Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali. Mula-mula yang meletakkan dasar kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan Angkatan Darat Jepang (Rikugun). Kemudian, ketika suasana sudah stabil penguasaan pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan sipil.
Karena selama pendudukan Jepang suasana berada dalam keadaan perang, seluruh kegiatan diarahkan pada kebutuhan perang. Para pemuda dididik untuk menjadi tentara Pembela Tanah Air (PETA). Untuk daerah Bali, PETA dibentuk pada bulan Januari tahun 1944 yang program dan syarat-syarat pendidikannya disesuaikan dengan PETA di Jawa.

[sunting] Zaman Kemerdekaan

Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 23 Agustus 1945, Mr. I Gusti Ketut Puja tiba di Bali dengan membawa mandat pengangkatannya sebagai Gubernur Sunda Kecil. Sejak kedatangan beliau inilah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Bali mulai disebarluaskan sampai ke desa-desa. Pada saat itulah mulai diadakan persiapan-persiapan untuk mewujudkan susunan pemerintahan di Bali sebagai daerah Sunda Kecil dengan ibu kotanya Singaraja.
Sejak pendaratan NICA di Bali, Bali selalu menjadi arena pertempuran. Dalam pertempuran itu pasukan RI menggunakan sistem gerilya. Oleh karena itu, MBO sebagai induk pasukan selalu berpindah-pindah. Untuk memperkuat pertahanan di Bali, didatangkan bantuan ALRI dari Jawa yang kemudian menggabungkan diri ke dalam pasukan yang ada di Bali. Karena seringnya terjadi pertempuran, pihak Belanda pernah mengirim surat kepada Rai untuk mengadakan perundingan. Akan tetapi, pihak pejuang Bali tidak bersedia, bahkan terus memperkuat pertahanan dengan mengikutsertakan seluruh rakyat.
Untuk memudahkan kontak dengan Jawa, Rai pernah mengambil siasat untuk memindahkan perhatian Belanda ke bagian timur Pulau Bali. Pada 28 Mei 1946 Rai mengerahkan pasukannya menuju ke timur dan ini terkenal dengan sebutan "Long March". Selama diadakan "Long March" itu pasukan gerilya sering dihadang oleh tentara Belanda sehingga sering terjadi pertempuran. Pertempuran yang membawa kemenangan di pihak pejuang ialah pertempuran Tanah Arun, yaitu pertempuran yang terjadi di sebuah desa kecil di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem. Dalam pertempuran Tanah Arun yang terjadi 9 Juli 1946 itu pihak Belanda banyak menjadi korban. Setelah pertempuran itu pasukan Ngurah Rai kembali menuju arah barat yang kemudian sampai di Desa Marga (Tabanan). Untuk lebih menghemat tenaga karena terbatasnya persenjataan, ada beberapa anggota pasukan terpaksa disuruh berjuang bersama-sama dengan masyarakat.

[sunting] Puputan Margarana

Pada waktu staf MBO berada di desa Marga, I Gusti Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada di kota Tabanan. Perintah itu dilaksanakan pada 18 November 1946 (malam hari) dan berhasil baik. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi Nica ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga. Pada 20 November 1946 sejak pagi-pagi buta tentara Belanda mulai nengadakan pengurungan terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan Nica dengan pasukan Ngurah Rai. Pada pertempuran yang seru itu pasukan bagian depan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom yang didatangkan dari Makasar. Di dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "Puputan" sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut kini pada bekas arena pertempuran itu didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa.

[sunting] Konferensi Denpasar

Pada tanggal 7 sampai 24 Desember 1946, Konferensi Denpasar berlangsung di pendopo Bali Hotel. Konferensi itu dibuka oleh Van Mook yang bertujuan untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT) dengan ibu kota Makasar (Ujung Pandang).
Dengan terbentuknya Negara Indonesia Timur itu susunan pemerintahan di Bali dihidupkan kembali seperti pada zaman raja-raja dulu, yaitu pemerintahan dipegang oleh raja yang dibantu oleh patih, punggawa, perbekel, dan pemerintahan yang paling bawah adalah kelian. Di samping itu, masih ada lagi suatu dewan yang berkedudukan di atas raja, yaitu dewan raja-raja.

[sunting] Penyerahan Kedaulatan

Agresi militer yang pertama terhadap pasukan pemeritahan Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta dilancarakan oleh Belanda pada tanggal 21 Juli 1947. Belanda melancarkan lagi agresinya yang kedua 18 Desember 1948. Pada masa agresi yang kedua itu di Bali terus-menerus diusahakan berdirinya badan-badan perjuangan bersifat gerilya yang lebih efektif. Sehubungan dengan hal itu, pada Juli 1948 dapat dibentuk organisasi perjuangan dengan nama Gerakan Rakyat Indonesia Merdeka (GRIM). Selanjutnya, tanggal 27 November 1949, GRIM menggabungkan diri dengan organisasi perjuangan lainnya dengan nama Lanjutan Perjuangan. Nama itu kemudian diubah lagi menjadi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Sunda Kecil.
Sementara itu, Konferensi Meja Bundar (KMB) mengenai persetujuan tentang pembentukan Uni Indonesia - Belanda dimulai sejak akhir Agustus 1949. Akhirnya, 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan RIS. Selanjutnya, pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS diubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

[sunting] Masa 1949-2007

Pada 12 Oktober 2002, terjadi pengeboman di daerah Kuta yang menyebabkan sekitar 202 orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka. Sebagian besar korban meninggal adalah warga Australia dan Indonesia.

Pura Dalem Penataran Ped

 http://kedel.files.wordpress.com/2009/09/2557373418_82f43663b7.jpg


PURA Dalem Penataran Peed di Nusa Penida itu adalah pura untuk memuja Tuhan Yang Mahakuasa sebagai pencipta Purusa dan Pradana. Purusa itu adalah kekuatan jiwa atau daya spiritualitas yang memberikan napas kehidupan pada alam dan segala isinya. Pradana adalah kekuatan fisik material atau daya jasmaniah yang mewujudkan secara nyata kekuatan Purusa tersebut.

Karena itu umat Hindu berbondong-bondong rajin bersembahyang ke Pura Dalem Penataran Peed untuk mendapatkan keseimbangan daya hidup, baik daya spiritual maupun daya fisikal. Karena hanya keseimbangan peran dan fungsi rohani dan jasmani itulah hidup yang harmonis di bumi ini dapat dicapai.

Pemujaan Tuhan sebagai pencipta unsur Purusa dan Pradana ini divisualkan dalam wujud pemujaan di Pura Dalem Penataran Peed. Visualisasi itu merupakan perpaduan konsepsi Hindu dengan kearipan lokal Bali. Di Pura Dalem Penataran Peed ini terdapat dua arca Purusa dan Predana dari uang kepeng yang disimpan di gedong penyimpenan sebagai pelinggih utama di Pura Dalem Penataran Peed. Arca Purusa Predana inilah yang memvisualisasikan kemahakuasaan Tuhan yang menciptakan waranugraha keseimbangan hidup spiritual (Purusa) dengan kehidupan fisik material (Predana).

Dalam Lontar Ratu Nusa diceritakan Batara Siwa menurunkan Dewi Uma dan berstana di Puncak Mundi Nusa Penida diiringi oleh para Bhuta Kala simbol kekuatan fisik material berupa ruang dan waktu. Bhuta itu membentuk ruang dan Kala adalah waktu. Waktu timbul karena ada dinamika ruang. Di Pura Puncak Mundi, Dewi Uma bergelar Dewi Rohini dan berputra Dalem Sahang. Pepatih Dalem Sahang bernama I Renggan dari Jambu Dwipa -- kompyang dari Dukuh Jumpungan.

Dukuh Jumpungan itu lahir dari pertemuan Batara Guru dengan Ni Mrenggi, dayang dari Dewi Uma. Kama dari Batara Guru berupa awan kabut yang disebut limun. Karena itu disebut Hyang Kalimunan. Kama Batara Guru ini di-urip oleh Hyang Tri Murti dan menjadi manusia. Setelah digembleng berbagai ilmu kerohanian dan kesidhian, dan oleh Hyang Tri Murti terus diberi nama Dukuh Jumpungan dan bertugas sebagai ahli pengobatan. Setelah turun-temurun Dukuh Jumpungan menurunkan I Gotra yang juga dikenal I Mecaling. Inilah yang selanjutnya disebut Ratu Gede Nusa.

Ratu Gede Nusa ini berpenampilan bagaikan Batara Kala. Menurut penafsiran Ida Pedanda Made Sidemen (alm) dari Geria Taman Sanur yang dimuat dalam buku hasil penelitian Sejarah Pura oleh Tim IHD Denpasar (sekarang Unhi) antara lain menyatakan sbb: saat Batara di Gunung Agung, Batukaru dan Batara di Rambut Siwi dari Jambu Dwipa ke Bali diiringi oleh seribu lima ratus (1.500) orang halus (wong samar).

Lima ratus wong samar itu dengan lima orang taksu menjadi pengiring Ratu Gede Nusa atas wara nugraha Batara di Gunung Agung. Batara di Gunung Agung memberi wara nugraha kepada Ratu Gede Nusa atas tapa brata-nya yang keras. Atas tapa brata itulah Batara di Gunung Agung memberi anugrah dan wewenang untuk mengambil upeti berupa korban manusia Bali yang tidak taat melakukan perbuatan baik dan benar sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Di Pura Dalem Penataran Peed ini Ida Batara Dalem Penataran Peed dipuja di Pelinggih Gedong, sedangkan Pelinggih Ratu Gede Nusa berada areal tersendiri di barat areal Pelinggih Dalem Penataran Peed. Pelinggih Dalem Penataran Peed ini berada di bagian timur, sedangkan Pelinggih Padmasana sebagai penyawangan Batara di Gunung Agung berada di bagian utara dalam areal Pura Dalem Penataran Peed. Di Pura Dalem Penataran Peed ini merupakan penyatuan antara pemujaan Batara Siwa di Gunung Agung dengan pemujaan Dewi Durgha atau Dewi Uma di Pura Puncak Mundi.

Dengan demikian Pura Dalem Penataran Peed itu sebagai Pemujaan Siwa Durgha dan Pemujaan Raja disebut Pura Dalem. Sedangkan disebut sebagai Pura Penataran Peed karena pura ini sebagai Penataran dari Pura Puncak Mundi pemujaan Batari Uma Durgha. Artinya, Pura Penataran Peed ini sebagai pengejawantahan yang aktif dari fungsi Pura Puncak Mundi pemujaan Batari Uma Durgha.

Di pura inilah bertemunya unsur Purusa dari Batara di Gunung Agung dengan Batari Uma Durgha di Puncak Mundi. Dari pertemuan dua unsur ciptaan Tuhan inilah yang akan melahirkan sarana kehidupan yang tiada habis-habisnya yang disebut Rambut Sedhana. Baik sarana hidup untuk memajukan kesejahteraan maupun sarana untuk mempertahankan kesehatan dan menghilangkan berbagai penyakit.

Upacara pujawali di Pura Dalem Penataran Peed ini dilangsungkan pada setiap Budha Cemeng Klawu. Hari Budha Cemeng Klawu ini adalah hari untuk mengingatkan umat Hindu pada hari keuangan yang disebut Pujawali Batari Rambut Sedhana. Pada hari ini umat Hindu diingatkan agar uang itu digunakan dengan baik dan setepat mungkin. Uang itu sebagai alat untuk mendapatkan berbagai sarana hidup agar digunakan dengan seimbang untuk menciptakan sarana kehidupan yang tiada habis-habisnya. Uang itu sebagai sarana menyukseskan tujuan hidup mewujudkan Dharma, Artha dan Kama sebagai dasar mencapai Moksha.

Berdasarkan adanya Pelinggih Manjangan Saluwang di sebelah barat Tugu Penyimpanan dapat diperkirakan bahwa Pura Dalem Penataran Peed ini sudah ada sejak Mpu Kuturan mendampingi Raja memimpin Bali. Pura ini mendapatkan perhatian saat Dalem Dukut memimpin di Nusa Penida dan dilanjutkan pada zaman kepemimpinan Dalem di Klungkung. * I Ketut Gobyah

Sabtu, 05 Februari 2011

pura dalem pingit tempat melukat

Jumat, 10 Juli 2009

PANUGRAN DEWI UMA PANGLEBUR MALA
Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti salah satu tempat yang diyakini mempunyai kesucian. Karena lokasi ini menjadi taman beji Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Lokasi ini terdapat di Banjar/Desa Sebatu, Tegallalang, Gianyar, Bali. Menemukan tempat pasiraman ini tidak begitu mudah, Karena lokasinya agak tersembunyi dari jalan utama.

Untuk mencapai tujuan genah/tempat malukat, bisa dengan segala jenis kendaraan. Jalan tidak masalah, fasilitas jalan cukup baik. Setelah ketemu lokasinya, di sana sudah ada tempat parkir yang cukup luas. Selanjutnya perjalanan diteruskan ke arah kanan menuju arah timur. Kurang lebih 300 meter, ada jalan setapak yang tidak begitu lebar. Jalan menurun dengan tangga atau undag-undag yang jumlahnya cukup banyak sekitar ratusan..

Air terjun yang terdapat di Pasiraman Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti, menurut Jro Mangku Made Tantra yang tinggal di Banjar Sebatu, Tegallalang, Gianyar, sudah ada sejak dulu. Memang awalnya sudah napet, air terjun yang tidak begitu tinggi adalah kehendak alam yang mengucur sepanjang zaman. Hanya saja, belum dikenal sebagai genah (tempat) malukat.

Dikatakan Made Mantra bersama rekannya Jro Mangku Adi Armika yang ngayah di Pura Dalem Pingit, awalnya ada pemandu wisata (guide) dari Sebatu juga. Namanya Wayan Yudhi, mengantar tamu mandi. Kejadian tersebut tanggal 19 Nopember 2007, bertepatan rarahinan Kajeng Kliwon di mana bagi umat Hindu di Bali, Soma (Senin) Kajeng Kliwon dipandang sebagai hari keramat. Tamu yang diajak oleh Wayan Yudhi adalah tamu asing. Anehnya, tamu asing merasakan ketakutan dan lari. Tamu itu bercerita dan merasa kaget dan terkejut.

Pasalnya, tamu itu merasakan atau menemukan airnya berwarna. Berdasarkan cerita yang mengagetkan itu, masyarakat pun tidak menyia-nyiakan waktu dan ingin mengetahui apa yang terjadi di pasiraman tersebut. Warga setempat, kata Jro Mangku Made Mantra, beramai-ramai mendatangi lokasi, ingin melihat secara langsung. Tamu pun menceritakan dari mulut ke mulut bagaikan promosi. Pemandu wisata juga bercerita tentang terjadinya keunikan di lokasi air terjun yang kini disebut pasiraman Ida Bhatara Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti.

Setelah heboh dan disaksikan oleh warga Sebatu, ternyata benar ada keunikan, di mana airnya berwarna yaitu warna Warna putih keruh, seperti air beras, warna seperti air teh atau warna merah, warna kekuning-kuningan tampak keruh (puek), tapi ada juga tidak berwarna sama sekali (murni) .

Setelah malukat, air yang ada di bawah kembali normal, artinya tidak berwarna lagi. Jro Mangku tidak berani spekulasi, apakah warna tersebut penyakit yang keluar dari mereka yang malukat, Jro Mangku enggan memberikan komentar, nanti takut salah.

“Yang jelas, kalau ada orang malukat, airnya menjadi keruh dan berwarna, tergantung orang yang malukat. Hanya saja, tidak semua mampu melihatnya. Terkadang bisa dilihat oleh orang banyak,”ujar I Made Mantra dengan heran.

Cerita demi cerita, di mana kebenaran air ada keunikannya dengan adanya tiga warna, prajuru Desa Sebatu mengadakan paruman atau Jro Mangku bilang mengadakan pararem. Dalam pararem diputuskan pada tanggal 24 Nopember 2007 bertepatan rarahinan Tumpek Landep (Sabtu, Kliwon, Landep). Dilakukan pamendakan tirta yang keluar di tempat. Setelah dipendak, urai Jro Mangku Made Mantra, digelar pararem kembali mohon secara niskala kepada Ida Ratu Sanghyang Pujung Kaja, Sebatu, Tegallalang.

Dengan adanya berbagai keunikan, berdasarkan bawos niskala juga, tidaklah salah air atau tirta yang menjadi pasiraman Ida Bhatara yang malingga di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti banyak menyimpan rahasia. Seperti dikatakan Jro Mangku Made Mantra yang sudah menjadi pamangku sejak kelas 2 SD, terdapat berbagai fungsi dari tirta yang ada dipasiraman. Dari kegunaan yang telah menjadi paican Ida Bhatara adalah: Kageringan, kageringan Pegawian Teluh Desti Teranjana, yang belum punya keturunan, juga sudah terbukti.

Tidak hanya sampai di sana, sekali lagi, prajuru kembali menggelar paruman (pararem) mohon petunjuk di mana dapat keputusan akan menghaturkan sane Jro Makalihan dipersilakan (kahaturan) melihat tempat malukat tersebut. Atas petunjuk yang ada, selanjutnya dibuatkan palinggih.

Setelah datang Jro Makalihan dan melakukan sembahyang, lagi karauhan (dites) dengan api. Ternyata yang karauhan tidak panas dengan api dan tidak basah dengan air. Dengan dilakukan acara tersebut, ternyata Ida Bhatara lagi mapaica secara niskala, dikatakan tirta yang keluar dari goa, adalah panugran Ida Dewi Uma.

Khusus bagi yang belum punya keturunan atau momongan, terutama pasangan suami istri, agar melakukan panglukatan sesering mungkin. Dianjurkan pasangan suami istri melakukan malukat bersama. Paica yang satu ini sudah dibuktikan dengan adanya umat atau penangkilan yang manghaturkan sasangi. Ada yang datang dari Petang, Badung, dari Lodtunduh, Gianyar dan banyak lagi yang datang naur sasangi (membayar kaul yang dimohonkan ketika malukat). Sekali lagi, harap Jro Mangku, bagi yang belum punya keturunan agar malukat bersama lanang-istri.

Berbagai keunikan sering terjadi. Jro Mangku bukan menakut-nakuti, asal tahu saja kejadian-kejadian yang sering terjadi di lokasi malukat. Sementara pantangan secara khusus tidak ada. Hanya saja, bagi yang kotor kain usahakan jangan berani melakukan panglukatan di sana. Karena sudah sering terjadi dampak bagi yang sakit maupun yang ingin mendapatkan paican Ida Bhatara.

Pantang Ajak Rare Belum Ketus Gigi

Diterangkan Jro Mangku Made Tantra yang ngayah di Pura Kusti dan Pura Melanting, Atas bawos niskala ini, Ida malinggih ring Sanghyang Klakah. Di mana tirta yang medal atau muncul dari goa tersebut merupakan pasiraman di Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Bawos niskala mengatakan “Anak alit (anak kecil) belum ketus gigi (tangal) tidak boleh malukat di tempat tersebut. Ini bawos niskala, bukan mengada-ada dari prajuru,” tegas Jro Mangku Mantra apa adanya. (ratna)
Source : http://baliaga-niskala.blogspot.com/search?updated-max=2008-08-26T20%3A33%3A00-07%3A00&max-results=7
posted by Arya Tangkas Kori Agung @ 01.48  
0 Comments:
Code by : paid web directory